PENYULUHAN ASI PERAH PADA KARYAWAN PERUSAHAAN GARMEN PT IGP KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA
Main Article Content
Abstract
Cakupan ASI eksklusif di Indonesia untuk bayi adalah 52% dimana hal tersebut sudah mencapai target nasional adalah 50%, namun capaian tersebut hanya capaian semu karena belum bisa menggambarkan prosentase bayi yang benar-benar memperoleh ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupan. Pemberian ASI eksklusif menurun seiring dengan pertumbuhan usia anak, anak usia satu bulan dengan prosentase 67%, angka ini menjadi 55% pda usia bayi 2-3 bulan, dan anjok lagi hanya 38% pada usia 4-5 bulan. Kondisi tersebut salah satunya disebabkan karena rendahnya pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, terutama pada ibu bekerja. Menyusui belum tentu menjadi pilihan orang , namun ASI tetap menjadi pilihan setiap bayi, dan setiap bayi memiliki hak untuk disusui dan mendapatkan ASI walaupun ibu kembali bekerja setelah cuti melahirkan selesai. Ibu yang bekerja diluar rumah bisa tetap memberikan ASI kepada bayinya dengan ASI perah. ASI perah didapatkan dengan cara memerah ASI dari payudara untuk di tempatkan dalam wadah-wadah yang nanti diberikan pada bayi. ASI perah umumnya diberikan kepada bayi ketika ibu tidak bersama bayi dalam waktu yang lama, misalkan ibu sedang bekerja. Meskipun banyak mendatangkan manfaat, namun ASI perah masih belum banyak diterapkan karena kurangnya pengetahuan ibu. Tujuan kegiatan pengabdian masyarakt ini adalah memberikan pendidikan kesehatan tentang pengelolaan ASI Perah. Metode Kegiatan pengabdian masyarakat berupa pendidikan kesehatan tentang pengelolaan ASI perah pada ibu bekerja dan demonstrasi cara memerah ASI. Peserta kegiatan ini adalah karyawati PT garmen IGP Kasihan Bantul. Pendidikan kesehatan disampaikan dengan metode ceramah dan tanya jawab. Demontrasi cara memerah ASI menggunakan alat peraga. Materi pendidikan kesehatan meliputi : manfaat ASI, cara memerah ASI, penyimpanan ASI, dan cara pengelola ASI yang habis disimpan di kulkas untuk diberikan kepada bayi. Demonstrasi cara memerah ASI diikuti dengan antusias oleh peserta dan bertekad untuk tetap memberikan ASI kepada bayinya selama ibu bekerja. Kesimpulan: Perlu adanya dukungan dari berbagai pihak untuk memotivasi ibu yang bekerja dalam pemberian ASI eksklusif yaitu dukungan dari keluarga, tenaga kesehatan dan lingkungan tempat bekerja
Article Details
References
2. Kartika, S. dkk. 2016. Perbedaan pemberian ASI Eksklusif Antara Ibu Rumah Tangga dan Ibu Yang Bekerja di Luar Rumah di BPS Ummu Hani Bantul. Yogyakarta: Jurnal Ners dan Midwifery Indonesia
3. Kemen PP RI. 2008. Peningkatan Pemberian ASI Selama Kerja di Tempat Kerja. Jakarta: Menteri Negara Pemberbayaan Perempuan. https://dinkes.bantul.go.id. Diakses 08 Mei 2020
4. Kemen TKT RI. 2008. Peningkatan Pemberian ASI Selama Kerja di Tempat Kerja. Jakarta: Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. https://dinkes.bantul.go.id. Diakses 08 Mei 2020
5. Kemenkes RI. 2008. Peningkatan Pemberian ASI Selama Kerja di Tempat Kerja. Jakarta: Menteri Kesehatan. https://dinkes.bantul.go.id. Diakses 08 Mei 2020
6. Perpu RI. 2012. ASI Eksklusif. Jakarta: Peraturan Perundangan Republik Indonesia. https://dinkes.bantul.go.id. Diakses 08 Mei 2020
7. PERBUP Bantul. 2012. Ketentuan Penyelenggaraan Fasilitas Khusus untuk Menyusui di Tempat Kerja/Ruang Laktasi. Bantul: Peraturan Bupati. https://dinkes.bantul.go.id . Diakses 08 Mei 2020
8. Roesli, Utami. 2010. Indonesia Menyusui. Jakarta: Badan Penerbit IDAI
9. Roesli, Utami. 2005. Mengenal Asi Eksklusif. Jakarta: Tubrus Agriwidya